Warto ada suatu urusan di Jakarta. Pas lagi jalan di sebuah Mall, Warto ditegur seorang pria berkumis tebal.
"Warto ya?" kata pria itu. Warto memperhatikan pria itu lalu berkata, "Ucok ya!". Kedua kawan lama itu pun bersalaman dengan hangat.
"Wah tidak nyangka ketemu kamu disini Cok", kata Warto.
"Aku kerja dekat sini To", sahut Ucok.
"Kamu inget Ujang kan? Dia juga kerja dekat sini, aku telepon dia biar gabung dengan kita", Ujar Ucok.
Tak lama kemudian, Warto dan dua kawan SMA nya itu duduk di sebuah cafe. Mereka ngopi sambil bertukar cerita. Reuni kecil - kecilan pun berlangsung dengan hangat.
Setelah bertukar cerita tentang pendidikan selepas SMA dan cerita tentang pekerjaan, Warto bertanya,"Cok kamu sudah nikah?".
"Belum!".
"Kalau ndak salah dulu kamu kan pacaran sama si Tini?".
"Ya!".
"Kenapa ndak jadi menikah?".
"Ortuku tidak setuju, beda etnis".
"Kalau kamu Jang? Jadi nikah sama Cenil?", tanya Warto.
"Nggak To? Kami beda keyakinan", sahut Ujang.
Setelah diam sejenak, Ujang berkata, "Kalau kamu gimana To? Jadi menikah sama Sandra?".
Warto menghela nafas lalu berkata, "Tidak jadi, kami beda keyakinan".
"Beda keyakinan gimana?", tanya Ujang.
"Iya, aku yakin kalau aku tuh ganteng, sementara dia gak yakin kalau aku ganteng".
"Warto ya?" kata pria itu. Warto memperhatikan pria itu lalu berkata, "Ucok ya!". Kedua kawan lama itu pun bersalaman dengan hangat.
"Wah tidak nyangka ketemu kamu disini Cok", kata Warto.
"Aku kerja dekat sini To", sahut Ucok.
"Kamu inget Ujang kan? Dia juga kerja dekat sini, aku telepon dia biar gabung dengan kita", Ujar Ucok.
Tak lama kemudian, Warto dan dua kawan SMA nya itu duduk di sebuah cafe. Mereka ngopi sambil bertukar cerita. Reuni kecil - kecilan pun berlangsung dengan hangat.
Setelah bertukar cerita tentang pendidikan selepas SMA dan cerita tentang pekerjaan, Warto bertanya,"Cok kamu sudah nikah?".
"Belum!".
"Kalau ndak salah dulu kamu kan pacaran sama si Tini?".
"Ya!".
"Kenapa ndak jadi menikah?".
"Ortuku tidak setuju, beda etnis".
"Kalau kamu Jang? Jadi nikah sama Cenil?", tanya Warto.
"Nggak To? Kami beda keyakinan", sahut Ujang.
Setelah diam sejenak, Ujang berkata, "Kalau kamu gimana To? Jadi menikah sama Sandra?".
Warto menghela nafas lalu berkata, "Tidak jadi, kami beda keyakinan".
"Beda keyakinan gimana?", tanya Ujang.
"Iya, aku yakin kalau aku tuh ganteng, sementara dia gak yakin kalau aku ganteng".
0 comments:
Posting Komentar